Rekaman iseng-iseng di Sanggar Biru Madiun sebelum latihan.
"Delisha"
Wisang feat. Furqon
01.
|
NYAI
ADISARA
|
:
|
(MENGHATURKAN SEMBAH) Sembah hormat putrinda
menantu, Panembahan Rama.
|
02.
|
RONGGO
JUMENA
|
:
|
Aku terima sembahmu, Nyai Adisara.
|
03.
|
NYAI
ADISARA
|
:
|
Dan ijinkan pula, putrinda menantu menyampaikan salam hormat dan
bakti putranda Senapati di Mataram kepada Pamanda Panembahan….
|
04.
|
RONGGO
JUMENA
|
:
|
Rupanya Danang Sutawijaya masih menganggapku sebagai Pamandanya?
|
05.
|
NYAI
ADISARA
|
:
|
Betapa durhakanya kami, jika mengingkari tali
keluarga ini. Dan sebagai putra angkat Rama Sultan Hadiwijaya, putranda
Senopati sekali lagi menghaturkan sembah sungkem kepada Pamanda.
|
06.
|
RONGGO
JUMENA
|
:
|
Aku terima sembah nakmas Senopati.
(DIAM SEJENAK) Lantas, ada kabar apa gerangan dari Mataram,
sampai-sampai mengutus seorang selir secantik Nyai sebagai duta?
|
07.
|
NYAI
ADISARA
|
:
|
Sebagai wakil dari putranda Senopati mohon
perkenan agar
Putrinda menantu untuk membasuh kaki Pamanda Panembahan dengan air bunga
mawar.
|
08.
|
RONGGO
JUMENA
|
:
|
Nyai Adisara, sungguh sedikitpun tidak terbersit dalam benakku
jika kedatanganmu di Purabaya hanya untuk membasuh kakiku?
|
09.
|
NYAI
ADISARA
|
:
|
Demikianlah adanya tugas hamba sebagai duta. Mohon kesediaan Pamanda Panembahan jika sisa air
dalam bokor akan dibawa ke Mataram untuk mandi dan keramas putranda Senopati.
Dengan demikian, ini merupakan tanda pengakuan kami atas kepemimpinan Pamanda
Adipati, Kanjeng Pangeran Timur bagi Tlatah Brang Wetan.
|
10.
|
RONGGO
JUMENA
|
:
|
Hmmm... bagaimana mungkin aku menolak permintaanmu itu?
|
11.
|
NYAI
ADISARA
|
:
|
Izinkan Putrinda menantu untuk mengemban dan melaksanakan
kewajiban sebagai duta sekaligus sebagai seorang menantu
|
12.
|
RONGGO
JUMENA
|
:
|
(BERPIKIR SEJANAK. LANTAS HANYA MEMBERIKAN ISYARAT DENGAN
TANGANNYA UNTUK MEMPERSILAKAN NYAI ADISARA MENCUCI KAKINYA)
|
13.
|
NYAI
ADISARA
|
:
|
(MENCUCI KAKI SANG PANEMBAHAN. SETELAH
UPACARA SELESAI NYAI ADISARA LALU MOHON PAMIT KEMBALI KE MATARAM, DAN MEMBAWA
SISA – SISA AIR PADA BOKOR KENCANA, YAKNI YANG BERISI KEMBANG SETAMAN BEKAS
UNTUK MENCUCI KAKI SANG PANEMBAHAN.)
Tugas ananda sebagai duta
telah selesai. Perkenankan ananda segera undur diri dan segera pulang ke
Mataram.
|
14.
|
RONGGO
JUMENA
|
:
|
Kenapa musti tergesa-gesa? Perjalanan Purabaya ke
Mataram cukup jauh, dan tentunya ananda Nyai Adisara perlu cukup
beristirahat. Tinggallah barang semalam di Purabaya.
|
15.
|
NYAI
ADISARA
|
:
|
Ananda harus segera menghaturkan air suci ini ke
Mataram.
|
16.
|
RONGGO
JUMENA
|
:
|
Baiklah kalau begitu. Restuku menyertaimu, Nyai
Adisara.
|
01.
|
P. SINGASARI
|
:
|
Nyai Adisara baru saja tiba dengan keberhasilan
gemilang. Lantas apa rencana selanjutnya?
|
02.
|
KI JURU MERTANI
|
:
|
Kita sesuai dengan rencana.
|
03.
|
P. SINGASARI
|
:
|
Aku sudah tidak sabar untuk menggempur benteng
Purabaya.
|
04.
|
KI JURU MERTANI
|
:
|
Sabarkan dirimu, Nakmas Pangeran. Segala strategi
harus kita jalankan dengan penuh perhitungan dan ketelitian. Sedikit saja
kita teledor, rencana yang sudah kita susun dengan matang bisa saja hancur
berantakan.
|
05.
|
TELIK SANDI
|
:
|
(MASUK TERGOPOH-GOPOH. SETELAH MENGHATURKAN SEMBAH)
Punten Dalem sewu, gusti. Hamba membawa laporan penting.
|
06.
|
P. SINGASARI
|
:
|
(MENUKAS CEPAT) Cepat sampaikan!
|
07.
|
TELIK SANDI
|
:
|
Para adipati Brang Wetan beserta pasukannya telah
menarik diri meninggalkan Purabaya. Menurut pengamatan hamba, praktis
Purabaya dalam keadaan lemah saat ini.
|
08.
|
P. SINGASARI
|
:
|
(TERTAWA)
|
09.
|
PRAJURIT 1
|
:
|
(BERTERIAK) Mataram menyerang…
Mataram
menyerang…. Mataram menyerang!!!
(PESAN INI KEMUDIAN DISAMPAIKAN SECARA BERANTING)
|
10.
|
PRAJURIT 2
|
:
|
Peringatkan pada semua pos jaga untuk bersiaga! Aku
akan segera melapor ke Kanjeng Adipati. (KELUAR)
|
01.
|
RONGGO
JUMENA
|
:
|
(KEGELISAHAN NAMPAK JELAS DI KENING RONGGO JUMENA) Mulut Danang
Sutawijaya benar-benar mawawisa.
Betapa tidak? Rama begitu saja mudah diperdaya olehnya. Sungguh licik. Dengan
bertameng selir cantiknya, ia mengelabui Rama.
|
02.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Siasat ini hanya semata-mata agar kekuatan purabaya melemah
dengan ditariknya pasukan Brang Wetan.
|
03.
|
RONGGO
JUMENA
|
:
|
Ya... dan sekarang, kita sendiri. Di luar sana, Mataram telah
mengasah pedang dan menegakkan tombaknya, siap menggempur kita.
|
04.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Semua ini pasti atas siasat licik yang diatur oleh Paman Ki Juru
Mertani.
|
05.
|
RONGGO
JUMENA
|
:
|
Ya. Ki Juru Mertani memang pengatur siasat yang lihai. Maafkan,
Rama yang telah menempatkanmu pada mata pedang peperangan ini.
|
06.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Mohon Rama jangan menyalahkan diri sendiri. Mungkin inilah yang
menjadi kehendak Gusti Allah.
|
07.
|
RONGGO
JUMENA
|
:
|
Dan inilah yang membuat Rama semakin merasa bersalah. Untuk
ketiga kalinya, Rama harus menempatkanmu dalam palagan.
|
08.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Rama, Purabaya tidak pernah meminta perang. Tapi jika Mataram
memaksa, Purabaya akan meladeninya.
|
09.
|
RONGGO
JUMENA
|
:
|
Purabaya sangat bersyukur dipimpin oleh seorang senopati
sekaligus adipati sepertimu.
|
10.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Ananda hanya menjalani sebagai seorang Titah. Dan inilah titah
dari Purabaya.
|
11.
|
RONGGO
JUMENA
|
:
|
Putriku Retno Dumilah, aku percayakan Istana kepadamu. Terimalah
Keris Pusaka Kyai Kala Gumarang ini. Aku berharap engkau bisa membunuh
Sutawijaya dan musuh-musuh Kadipaten dengan pusaka ini.
|
12.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Hanya restu Rama yang ananda harapkan.
|
13.
|
RONGGO
JUMENA
|
:
|
(MEMBERIKAN RESTU DAN KEMUDIAN MOKSA. DI LUAR TERDENGAR TERIAKAN
GEGAP GEMPITA PRAJURIT MATARAM)
|
14.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
(MENGHUNUS KERIS KYAI KALA GUMARANG) Pedang mereka boleh saja
berkilat. Tombak mereka boleh saja gagah menantang langit. Di sini masih ada
para srikandi Purabaya yang siap menyambut kedatangan lawan. Sadumuk Bathuk, Sanyari Bhumi. Tak
sejengkal tanahpun yang akan kami serahkan tanpa melawan.
|
01.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
(MAJU MELANGKAH KERIS KYAI GUMARANG DI GENGGAMAN, KEPALA
TENGADAH, MENUDING DENGAN KERISNYA) Yang mana diantara kalian yang menyebut
diri Panembahan Senapati, Penguasa Mataram?
|
02.
|
P. SENOPATI
|
:
|
(PANEMBAHAN SENAPATI, MAJU KE DEPAN. TOMBAK KYAI PLERED
TERGENGGAM)
Akulah Panembahan
Senapati, Penguasa Mataram….
|
03.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Keluar dari Istanaku, Panembahan.. Kau memasukinya tanpa ijin.
|
04.
|
P. SENOPATI
|
:
|
Aku sungguh-sungguh bermaksud menghadap Pamanda Adipati
Purabaya, Pangeran Timur yang bergelar Rangga Jumena, kini Panembahan
Purabaya….
|
05.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Akulah Adipati Purabaya. Kau lihat Pusaka Kyai Kala Gumarang ada padaku…. Kau bermaksud menemuiku, perintahkan
pasukanmu ke luar gerbang kota, dan suruh pengawalmu
berada di luar Istana…
|
06.
|
P. SENOPATI
|
:
|
Kaukah itu diajeng Retna Dumilah, putri pamanda Panembahan Rama..? Aku Sutawijaya.
|
07.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Bawa pasukanmu keluar gerbang kota, Panembahan. Lalu suruh
pengawal-pengawalmu menunggu di luar Istana. Bukankah kau
mengerti paugeran tata praja…?
(PANEMBAHAN SENOPATI HANYA TERDIAM)
|
08.
|
P.
SINGASARI
|
:
|
Lancang sekali mulutmu!
|
09.
|
RETNO DUMILAH
|
:
|
Diam kau Pangeran! Aku tidak bicara padamu.
|
08.
|
P.
SINGASARI
|
:
|
(MARAH) Kau sudah terkepung. Sebentar lagi
Purabaya akan hancur lebur!
|
09.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Bisa jadi. (MELANGKAH MAJU) Kalian berhasil
mendobrak gerbang istana setelah sekian lama menunggu di sebrang bengawan.
Jangan dikira aku tidak tahu, Pangeran. Purabaya hanya tidak ingin memulai
peperangan ini.
|
10.
|
P.
SINGASARI
|
:
|
(TERTAWA) Itu artinya Purabaya telah kehilangan
taringnya setelah ditinggal pasukan Brang Wetan.
|
11.
|
RETNO DUMILAH
|
:
|
Kau boleh tertawa sepuasmu, sebelum anak panah
prajurit Purabaya merobek mulut besarmu itu!
|
12.
|
P. SINGASARI
|
:
|
Kau menantangku? (MENGUNUS KERISNYA)
|
13.
|
RETNO DUMILAH
|
:
|
Seribu Pangeran Mataram sepertimu pun, Retno Dumilah
tak kan gentar!
|
14.
|
P.
SINGASARI
|
:
|
(MARAH) Suruh dia menyerah kangmas Panembahan. Itu penghinaan
kepada Mataram!
|
15.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Kau menghendaki perang, Pangeran? Majulah! Setapak kau melangkah
anak panah akan menancap di dadamu!
|
16.
|
P. SENOPATI
|
:
|
Tunggu…! Sarungkan kembali kerismu, dhimas! (PANGERAN SINGASARI MENYARUNGKAN KEMBALI KERISNYA DENGAN PERASAAN
KEMARAHAN YANG TERTAHAN.) Kecuali Paman Ki Juru Mertani, aku minta para Pangeran dan
Adipati menunggu di luar gerbang istana sesuai tanggung
jawabnya. Lalu perintahkan Tumenggung pasukan masing-masing menarik para Perwira dan prajurit-prajuritnya mundur
keluar batas kota. Percayakan padaku dan Paman Ki Juru Mertani.
|
17.
|
P.
SINGASARI
|
:
|
(BERBISIK PADA P. SENOPATI) Tapi kangmas.... ini mungkin taktik
musuh yang di ambang
kehancuran.
|
18.
|
P. SENOPATI
|
:
|
Turuti perintahku, dhimas!
|
19.
|
P. SINGASARI
|
:
|
Mohon ampun, Kangmas. ( MEMBERI KOMANDO AGAR PASUKAN
MATARAM MUNDUR)
|
20.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
(MEMERINTAH PRAJURITNYA EMPAT ORANG, PERGI KE SETIAP GERBANG)
Lihat apa perintah Panembahan Mataram itu dipatuhi oleh pasukannya. Lalu
tutup gerbang Istana kembali. Aku tunggu di sini.
|
21.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Bicaralah Panembahan, apa maksudmu menemui Adipati Purabaya?
|
22.
|
P. SENOPATI
|
:
|
Diajeng Retna Dumilah.
|
23.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Aku Adipati Purabaya, Panembahan. Bicaralah secara patut. Katakan apa maksudmu.
|
24.
|
P. SENOPATI
|
:
|
Diajeng Adipati… kunjunganku kali ini adalah kunjungan pada
Kadipaten yang telah mempunyai hubungan tata praja dengan Pajang yang kini diteruskan
oleh Mataram. Kunjungan ini untuk mengukuhkan kembali pola hubungan yang
selama ini telah terjalin.
|
25.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Dengan membawa pasukan segelar sepapan? Melakukan serangan
kepada prajurit-prajurit Purabaya, bahkan mendobrak Gerbang Istana? Kyai Kala Gumarang telah terhunus, Panembahan.
Tugasku yang pertama sebagai Adipati adalah membunuh Panembahan Senapati.
|
26.
|
P. SENOPATI
|
:
|
Tunggu dulu, Diajeng Adipati. Jangan terburu terbakar amarah,
Diajeng.
|
27.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Aku sudah tahu siasat licikmu, Panembahan. Kau manfaatkan
kecantikan Nyai Adisara sebagai duta, tapi kau siapkan pasukanmu untuk
mengepung. Kau berpura-pura mengakui kedaulatan Purabaya agar pasukan Brang
Wetan ditarik mundur, sehingga Purabaya lengah.
|
28.
|
P. SENOPATI
|
:
|
Jangan salah sangka, Diajeng. Perang bukan harus mengandalkan
kekuatan militer. Aku hanya menjalankan sebuah strategi perang.
|
29.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
(MULAI
MEMANGGIL DENGAN MENYEBUT NAMA SUTAWIJAYA SAJA)
Raden Sutawijaya, apakah dalam dirimu tak pernah ditanamkan
sifat kesatria oleh orang tuamu. Yang ada dalam hatimu hanyalah ketamakan dan
membuat kerusakan untuk merebut kekuasaan negeri lain?
|
30.
|
P. SENOPATI
|
:
|
Diajeng,
bukan maksudku untuk merebut kuasa negeri lain. Namun aku telah mendapat
petunjuk Allah untuk mempersatukan Tanah Jawa melalui pesan Sunan Giri dan
Sunan Kalijaga. Aku hanya menjalankan takdir-ku. Selain itu aku sendiri
mendapatkan wangsit, bahwa Tanah Jawa harus bersatu, karena akan datang musuh
orang-orang berkulit pucat dari Negeri Barat, yang akan merusak tatanan
seluruh Tanah Jawa, bahkan seluruh Bumi Nuswantara.
|
31.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Terserah apa katamu Raden, namun aku tak mau termakan tipu
muslihatmu untuk kedua kalinya.
(MENYINDIR KI JURU MERTANI) Aku tahu siapa pengatur siasat licik
ini. Siapa lagi jika bukan Paman Ki Juru Mertani. Sejarah telah
membuktikannya dengan gugurnya Aryo Penangsang dengan tipu muslihatnya.
|
32.
|
KI JURU
MERTANI
|
:
|
Kau tidak memahami siasat perang, Adipati Retno Dumilah!
|
33.
|
P. SENOPATI
|
:
|
Jangan kau asal bicara. Kau telah dibakar amarah, sehingga
bicaramu kian ngawur!
|
34.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Aku menantangmu
perang tanding hingga salah satu dari kita mati. Aku akan
membunuhmu dengan Kyai Kala Gumarang sebagaimana titah ayahanda Panembahan Rama, dan
mendudukkan ayahanda sebagai penerus Eyang Sultan Trenggana.
|
35.
|
KI JURU MERTANI
|
:
|
Nakmas
Adipati Retno Dumilah, kenapa harus diselesaikan dengan perang tanding?
Percayalah, coba renungkan bagaimana jika Purabaya bersatu dibawah Mataram?
Semua kadipaten di tanah Jawa ini bersatu dalam satu kejayaan Mataram?
|
36.
|
RETNO DUMILAH
|
:
|
Jika itu
yang Paman maksud, kenapa bukan Mataram yang bersatu di bawah Purabaya
sebagai ahli waris Demak Bintoro?
|
37.
|
P. SENOPATI
|
:
|
(SENOPATI MULAI
MEMBUKA STRATEGI CINTANYA.)
Diajeng, apakah tak ada cara lain, yang menimbulkan kesan bahwa
Madiun telah menyatu kepada Mataram?
|
38.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Aku belum
kalah...!! Kalau perlu majulah
kalian berdua.
|
39.
|
P. SENOPATI
|
:
|
Aku tidak
akan berlaku pengecut, diajeng. Biarlah Paman Ki Juru Mertani ikut keluar
regol istana. Dan perang tanding ini hanya akan ada kita berdua.
(PADA KI JURU MERTANI) Tinggalkan kami,
Paman.
|
40.
|
KI JURU MERTANI
|
:
|
Hati-hati,
Nakmas. (PERGI)
|
41.
|
P. SENOPATI
|
:
|
Diajeng, dalam keadaan seperti ini, bila engkau berkenan, maka
aku Sutawijaya, akan menyerahkan hidup matiku kepadamu. Aku akan mengajakmu
untuk hidup mukti-wibawa di kraton Mataram, dan aku berjanji engkau akan aku
jadikan Ratu Prameswari di Istana Mataram.
|
42.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Sutawijaya, aku tak akan silau dengan tawaranmu. Aku tak akan
tertarik dengan hartamu, sementara engkaupun telah mempunyai Raden Ayu
Waskitajawi sebagai permaisurimu. Namun aku menerima permintaanmu, dengan
syarat kita harus berperang tanding. Bila engkau kuat menahan kekuatan Keris
Kyai Kala Gumarang, maka permintaanmu akan aku terima!
|
43.
|
P. SENOPATI
|
:
|
Maafkan aku jika harus melukaimu dalam perang tanding nanti,
meskipun dalam hati, sungguh malu jika harus bertarung dengan seorang putri.
|
44.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Jangan kau sepelekan kaumku.
(BERJALAN SETENGAH MENGITARI PANEMBAHAN SENOPATI)
Aku tidak akan berlaku pengecut memerintahkan prajuritku melepas
anak panah, Panembahan. Kalau aku gagal dan kau kalahkan, aku akan mengakui
Mataram sebagai penerus Kesultanan Pajang. Nyawaku kuserahkan padamu
sebagaimana kalau aku terbunuh dalam perang tanding ini. Majulah!
|
45.
|
P. SENOPATI
|
:
|
Baik Diajeng Adipati… Aku terima tantanganmu. Kalau aku
terbunuh, biarlah Pamanda Ki Juru Mertani membawa pulang tubuhku.
|
46.
|
P. SENOPATI
|
:
|
Kenapa tidak kita sudahi saja peperangan ini?
|
47.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Ternyata seorang Panembahan Senopati yang terkenal
kedidgayaannya, hanya berani berlindung pada kekebalan Antrakusuma.
|
48.
|
P. SENOPATI
|
:
|
(TERTAWA) Rupanya kecantikanmu kian bersinar jika kau marah!
|
49.
|
RETNO DUMILAH
|
:
|
Simpan rayuanmu! (KEMBALI BERPERANG)
|
50.
|
P. SENOPATI
|
:
|
(KYAI GUMARANG TERHUNUS DI TANGAN
KANANNYA, DAN KYAI PLERED DI TANGAN KIRINYA, MAJU MENDEKATI
RETNO DUMILAH) Kyai Kala Gumarang kini ditanganku, Diajeng. Bukankah
Kadipaten Purabaya ada digenggamanku? Dan dengan begitu juga nyawamu?
|
51.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
Kau!
|
52.
|
P. SENOPATI
|
:
|
Jika kau anggap aku pantas menerima tamparanmu, tamparlah!
|
53.
|
RETNO
DUMILAH
|
:
|
(TERDUDUK LEMAS) Kenapa Mataram musti datang dengan bunga-bunga
kematian? Bukankah ada bunga-bunga yang lain?
|
54.
|
P. SENOPATI
|
:
|
Iya bunga-bunga cinta. Kaulah yang akan menjadi satu-satunya
bunga terindah di Mataram
|