Menyentuh Seni Pertunjukan
di Jawa Timur
Menuju Seni Pertunjukan
dengan ke-Local Genious-annya
Oleh : Ony S.
Pengantar
Berbicara tentang seni, seperti menguak semesta raya
ini. Tak akan ada habis-habisnya, tidak akan pernah menemui titik final. Mengapa?
Karena seni (kesenian) itu hidup, ia berkembang seiring dengan peradaban
manusia.
Seni secara tekstual dan kontekstual memuat
keindahan, yang secara tekstual menyajikan makna harfiah, gugahan grahita dan
sentuhan emosional. Secara kontekstual menyajikan unsur serapan yang berakar
pada realitas sosial dan budaya, keindahan alam, atau mungkin imaji-imaji masa
depan. Bagaimana manusia sebagai pelaku utama kesenian merespon zaman,
menangkap ide dan menuangkannya menjadi sebuah bentuk bernilai.Inilah faktor
yang mempengaruhi bahwa seni selalu berkembang.
Perkembangan bentuk kesenian dapat kita lihat dari
perbedaan antara karya seni manusia purba dengan manusia modern, yakni tujuan
penciptaannya. Manusia purba dalam proses penciptaan karya semata-mata hanya
untuk kepentingan sosioreligi, karena ia masih terkungkung oleh
kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Semua bentuk kesenian pada zaman prasejarah
selalu ditandai dengan kesadaran magis.Dari kehidupan yang sederhana, memuja
alam, sampai dengan kesadaran terhadap keberadaan awal (animisme-dinamisme).Sedangkan
manusia modern karya seni sebagai pemuas kebutuhan pribadinya danlebih pada
respon akan kondisi lingkungannya. Dengan kata lain manusia modern adalah figur
yang ingin menemukan hal-hal baru dan mempunyai cakrawala berpikir yang lebih
luas.
Dari proses imaji kreatif inilah kemudian lahirlah
sebuah seni pertunjukan.
Seni pertunjukan adalah karyaseni
yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu
tertentu.performance biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si
seniman dan hubungan seniman dengan penonton.
Seni pertunjukan
modern sudah bisa merumuskan faktor terjadinya sebuah pertunjukan seni atau
seni pertunjukan.Faktor itu ada empat.Ruang, Waktu, Tubuh, dan Interaksi
dengan penonton. Seni pertunjukan yang dimaksud di sini adalah seni
pertunjukan yang dikonsep sebagai satu kesatuan pertunjukan yang mempunyai tema
dan tujuan tertentu, baik untuk kepentingan orang banyak, maupun bagi seni itu
sendiri.
Seni pertunjukan dari segi bentuk dapat dikelompokkan
menjadi 3 macam, yaitu :
1.
Teater
2.
Tari
3.
Musik
Soedharsono (2002)
mengelompokkan seni pertunjukan Indonesia dalam pendekatan fungsi, yang membagi
seni pertunjukan Indonesia menjadi 3 kategori, yaitu :
1. Sebagai sarana ritual;
2. Sebagai hiburan pribadi; dan
3. Presentasi estetis.
Meriam (1964)
mengemukakan sedikitnya ada sepuluh fungsi dan penggunaan (used and function)
musik (seni pertunjukan), yaitu :
1.
Fungsi
pengungkapan estetis;
2.
Fungsi
pengungkapan emosional
3.
Fungsi
hiburan;
4.
Fungsi
perlambangan;
5.
Fungsi
komunikasi;
6.
Fungsi
terkait dengan reaksi jasmani;
7.
Fungsi
yang berkaitan dengan norma-norma sosial;
8.
Fungsi
pengesahan lembaga sosial;
9.
Fungsi
kesinambungan kebudayaan; dan
10. Fungsi pengintegrasian masyarakat.
Keberagaman dan kemajemukan suatu masyarakat tentunya akan
sangat berpengaruhpada keberagaman dan kekayaan bentuk kesenian.Sebagai contoh
adalah Jawa Timur sebagai propinsi multikultur dimana masing-masing pendukung
wilayah kebudayaan ini menempati wilayah tertentu dan mengembangkan pola
kesenian yang khas.
untuk file lengkapnya dapat diunduh di: Seni pertunjukan.docx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar