Kamis, 26 Maret 2015

Artikel



Menyentuh Seni Pertunjukan di Jawa Timur
Menuju Seni Pertunjukan dengan ke-Local Genious-annya
Oleh : Ony S.



Pengantar

Berbicara tentang seni, seperti menguak semesta raya ini. Tak akan ada habis-habisnya, tidak akan pernah menemui titik final. Mengapa? Karena seni (kesenian) itu hidup, ia berkembang seiring dengan peradaban manusia.
Seni secara tekstual dan kontekstual memuat keindahan, yang secara tekstual menyajikan makna harfiah, gugahan grahita dan sentuhan emosional. Secara kontekstual menyajikan unsur serapan yang berakar pada realitas sosial dan budaya, keindahan alam, atau mungkin imaji-imaji masa depan. Bagaimana manusia sebagai pelaku utama kesenian merespon zaman, menangkap ide dan menuangkannya menjadi sebuah bentuk bernilai.Inilah faktor yang mempengaruhi bahwa seni selalu berkembang.
Perkembangan bentuk kesenian dapat kita lihat dari perbedaan antara karya seni manusia purba dengan manusia modern, yakni tujuan penciptaannya. Manusia purba dalam proses penciptaan karya semata-mata hanya untuk kepentingan sosioreligi, karena ia masih terkungkung oleh kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Semua bentuk kesenian pada zaman prasejarah selalu ditandai dengan kesadaran magis.Dari kehidupan yang sederhana, memuja alam, sampai dengan kesadaran terhadap keberadaan awal (animisme-dinamisme).Sedangkan manusia modern karya seni sebagai pemuas kebutuhan pribadinya danlebih pada respon akan kondisi lingkungannya. Dengan kata lain manusia modern adalah figur yang ingin menemukan hal-hal baru dan mempunyai cakrawala berpikir yang lebih luas.
Dari proses imaji kreatif inilah kemudian lahirlah sebuah seni pertunjukan.
Seni pertunjukan adalah karyaseni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu.performance biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton.
Seni pertunjukan modern sudah bisa merumuskan faktor terjadinya sebuah pertunjukan seni atau seni pertunjukan.Faktor itu ada empat.Ruang, Waktu, Tubuh, dan Interaksi dengan penonton. Seni pertunjukan yang dimaksud di sini adalah seni pertunjukan yang dikonsep sebagai satu kesatuan pertunjukan yang mempunyai tema dan tujuan tertentu, baik untuk kepentingan orang banyak, maupun bagi seni itu sendiri.
Seni pertunjukan dari segi bentuk dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu :
1.         Teater
2.         Tari
3.         Musik
Soedharsono (2002) mengelompokkan seni pertunjukan Indonesia dalam pendekatan fungsi, yang membagi seni pertunjukan Indonesia menjadi 3 kategori, yaitu :
1.      Sebagai sarana ritual;
2.      Sebagai hiburan pribadi; dan
3.      Presentasi estetis.
Meriam (1964) mengemukakan sedikitnya ada sepuluh fungsi dan penggunaan (used and function) musik (seni pertunjukan), yaitu :
1.         Fungsi pengungkapan estetis;
2.         Fungsi pengungkapan emosional
3.         Fungsi hiburan;
4.         Fungsi perlambangan;
5.         Fungsi komunikasi;
6.         Fungsi terkait dengan reaksi jasmani;
7.         Fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial;
8.         Fungsi pengesahan lembaga sosial;
9.         Fungsi kesinambungan kebudayaan; dan
10.     Fungsi pengintegrasian masyarakat.

Keberagaman dan kemajemukan suatu masyarakat tentunya akan sangat berpengaruhpada keberagaman dan kekayaan bentuk kesenian.Sebagai contoh adalah Jawa Timur sebagai propinsi multikultur dimana masing-masing pendukung wilayah kebudayaan ini menempati wilayah tertentu dan mengembangkan pola kesenian yang khas.

untuk file lengkapnya dapat diunduh di:  Seni pertunjukan.docx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar